[Movie] Chicago (2002)

Eindhoven, 1 February 2015



Siapa yang nyangka bahwa sebuah trial persidangan bakal di-analogkan dalam sebuah pertunjukan broadway. 

Yup! Itulah yang disajikan oleh sebuah film yang sempat terkenal di tahun 2002, Chicago. 

Dibintangi oleh Renee Zellweger, Catherine-Zeta-Jones, dan Richard Gere, film ini mengisahkan tentang prosesi pengadilan Roxie Hart (Renee Zellweger) yang membunuh pasangan selingkuhan yang telah menipunya. Roxie yang berambisi menjadi bintang broadway terbuai oleh bujukan Fred Casley (Dominic West) yang mengaku mengenal salah satu produser broadway dan bisa membawa Roxie masuk ke panggung broadway. Mengetahui bahwa Fred telah menipunya demi kepuasan sexual belaka, Roxie yang dikendalikan amarah pun menembak Fred dengan pistol milik suaminya yang tersimpan di laci lemari pakaiannya. 

Sementara itu, Velma Kelly (Catherine Zeta-Jones), seorang aktris broadway yang sedang naik daun dituntut telah membunuh suaminya yang berselingkuh dengan adik kandung Velma. Digambarkan sebagai wanita cerdas dan taktikal, Velma bertemu dengan Roxie yang tampak lugu namun penuh ambisi di sebuah penjara wanita di Chicago. Bersama dengan Billy Flynn (Richard Gere), seorang pengacara tampan dengan reputasi tidak pernah kalah dalam kasus yang ditanganinya, kedua wanita ini menjalani prosesi persidangan layaknya panggung broadway. Dengan memanfaatkan publisitas media, ketiganya menyajikan cerita dan menarik opini massa demi kebebasan mereka (dan dari sisi Billy Flynn, demi mempertahankan predikat tidak pernah kalah dalam kasus tentunya). 

Kisah ini menarik, karena menggambarkan segala tipu daya yang sanggup mereka sajikan demi memenangkan kasus, atau dalam sudut pandang Roxie dan Velma demi memperoleh sorotan utama media. Bagaimana mereka menarik simpati publik, bagaimana mereka memanfaatkan kepolosan seseorang demi mencapai ambisi dan tujuan mereka. 

Walau tampak kotor dan licik, tapi pada suatu titik saya pun merasa, "well, that's life". Kepolosan dan kebaikan hati yang tidak disertai dengan rasionalitas hanya membuat seseorang mendapat peran sebagai badut dalam kehidupan. Walau sekilas tampaknya film ini kekurangan faktor "cinta" (yah, orang mungkin berpendapat bahwa mereka bertindak demikian karena mereka tidak memiliki orang yang mereka cintai. and you're right), tetapi justru setiap karakter dalam film ini memiliki cinta yang sangat besar. Hanya saja, cinta itu ditujukan untuk dirinya sendiri. Dengan kata lain cinta yang dingin, egois dan ambisius. Tidak ada kehangatan cinta berbagi dengan orang lain. Satu-satunya momen dimana mereka bersedia berbagi adalah ketika hal itu dapat menguntungkan mereka. Or in other words, it's a cold love. A love in a nutshell. 

In short, this movie is worth to watch. Intriknya, emosinya, tekniknya, serta tarian dan musiknya membuat film ini berasa sangat kaya. Sebuah prosesi persidangan yang rumit dan serius digambarkan dengan santai dan mudah dicerna namun tetap menarik dalam sebuah aksi teatrikal panggung broadway.  

Comments

Popular Posts